Selingan untuk Anda

Wednesday 8 October 2014

Jombloisme


Monolog Gorila | Jombloisme
Karya : Reza 'Gorila' Kurniawan

"Kalau kamu siap dan ada waktu sih, aku kapan aja bisa," kata pria yang mengenakan setelan jas berwarna hitam dengan kemeja putih sebagai dalamannya. "Iya Beb, ya udah kalau kamu sibuk, aku juga lagi ada kerjaan kok. Dadah, miss you."

Dia kemudian menaruh ponsel di atas meja setelah mengakhiri pembicaraannya dengan seorang wanita, yang baru beberapa hari ini dia kenal akibat peristiwa salah sambung.


"Hei, ketemu lagi sama gua, Gorila si Pria Tampan," kata Gorila, "yang tadi itu gebetan baru gua, namanya Jeanny. Suaranya bro ... empuk, renyah banget."

Gorila mengambil sebatang rokok filter dari dalam kotak alumanium di sampingnya.

"Sori buat yang masih jomblo, bukannya mau ngeledek. Tapi jujur, sejak lahir gua enggak pernah tau apa itu jomblo. Elu bayangin aja, saat lagi digendong suster cantik, bayi-bayi cewek langsung menatap gua dengan penuh kagum dan bilang, 'kiyut banget tuh baby, montok lagi. Pengen deh jadi pacarnya.' Apa? Ya jelas ngerti omongannya, kan gua masih bayi." Gorila mulai mencari korek api untuk menghidupkan rokok yang tadi ia ambil, lalu beranjak pergi karena tidak menemukannya.

"Jomblo, panggilan untuk seseorang tanpa pasangan, yang menurut beberapa pendapat bisa membuat si Jomblo itu merasa sangat hina, baik di dunia maupun di akhirat, saat julukan itu disematkan kepadanya." Gorila masuk ke dalam kamar yang memang sengaja dia biarkan terbuka.

"Bukan bermaksud menghina Mblo, gua cuma nganggep apa yang mereka judge itu terlalu berlebihan, karena pasti ada alasan dibalik kejombloannya." Gorila mengambil korek diatas meja samping tempat tidur dan segera menyalakan rokok yang sudah bertengger di sela bibirnya.

"Beberapa orang menjomblo karena memang dia tidak bisa mendapatkan pasang, yang oleh beberapa jomblo dihaluskan kata-katanya menjadi, 'gua belum bisa nemuin pasangan yang cocok'. Bull shit omongannya." Gorila memasukan korek api ke dalam saku celana panjangnya.

"Bukan alasan seperti itu yang elu butuhin, tapi sebuah pemecahan masalah dengan cara ; move on, lupain tuh mantan, kalau terpuruk karena mantan elu yang kabur sama cowok lain, atau berubah menjadi pribadi yang lebih baik, lebih menarik, sesuai dengan kriteria idaman para wanita," katanya sambil melangkah keluar kamar.

"Move on Mblo ... cewek itu sekarang bukan makhluk langka kayak waktu jaman mahabarata. Populasi cewek dan cowok saat ini, satu banding sepuluh. Itu berarti satu cowok untuk sepuluh cewek. Surga banget untuk para pria tampan seperti gua." Gorila menghempaskan tubuhnya ke atas sofa sebelum kembali berbicara, "jadi bull shit kalau elu depresi dan terpuruk dalam kejombloan. Muka gua jelek dan gua orang miskin, karena itu cewek enggak bakal mau sama gua. Selamat Mblo, elu udah jadi korban kebohongan mainstream kaum borjuis di media. Gua udah hidup seperempat abad dan selama itu gua sering ngeliat cowok yang mukanya ... ok, bilang aja terlalu standart, punya cewek yang mirip artis atau super model, bahkan beberapa diantara cewek itu rela ngemis cinta kepada si cowok. Enggak percaya? Sampai kapan elu mau jadi korban mainstream?"

Setelah satu hisapan yang panjang, Gorila menjentikan abu rokok ke dalam asbak di atas meja.

"Karena cowok itu tajir? Bukan patokan bagi cewek memilih pasangan, walau banyak juga yang bilang kalau mereka suka sama cowok tajir dan tampan." Gorila tersenyum sinis sambil memainkan rokok ditangannya. "Asal elu tau, wanita itu beda dari kaum pria. Mereka lebih banyak menggunakan perasaan atau emosi, dibandingkan akal atau logikanya dalam bertindak dan membuat keputusan."

Dia pindah menuju beranda apartement karena sudah merasa bosan hanya duduk di atas sofa.

"Jadi Mblo, namanya muka dan isi kantong yang merupakan intrest bagi logika, enggak terlalu ngefek untuk cewek. Memang benar banyak cewek yang ngerubungi cowok ganteng apalagi tajir. Tapi inget, yang mereka kejer ya wujud materil itu, sehingga saat dua hal itu sudah habis atau mereka merasa bosan, dengan mudahnya cewek itu akan pergi meninggalkan elu. Bukan ... bukan omong kosong Mblo. Faktanya, banyak cowok ganteng dan maskulin masih ngejomblo karena enggak tahu gimana cara naklukin cewek, bukan termasuk gua tentunya, yang dibeberapa kasus malah putus asa dan nekat berubah haluan."

Dia melongok ke bawah sebelum membuang puntung rokok ditangannya.

"Terus gimana caranya naklukin cewek, Bang Ganteng? Itu kan yang elu tanyain sekarang? Gampang Mblo, langkah pertamanya ; seperti yang gua bilang tadi, elu harus move on dan hilangin kepengecutan elu menghadapi dunia yang kejam, dalam hal ini adalah cewek. Langkah berikutnya setelah elu punya keberanian, tentu saja elu harus nyari cewek sebagai sasaran, untuk menguji nyali dari keberanian yang sudah elu kumpulkan." Dia menyandarkan badan di teralis beranda dengan tangan tertekuk di depan dada, coba menikmati angin sore.

"Sekali dua kali gagal dalam perkenalan jangan dijadiin beban, terus berusaha sampai berhasil. Nah ... saat elu udah dapet cewek dari perkenalan itu, kita masuk ke dalam tahap pengolahannya. Gua kasih teori ajib bin ciamik dan mudah dipahami oleh elu, Mblo. Seperti yang gua bilang tadi, cewek itu lebih banyak menggunakan perasaan dibandingkan logikanya. Jadi kalo elu berharap cewek akan bertekuk lutut saat elu kasih hadiah berlian sebesar biji nangka, elu udah salah besar. Enggak perlu modal banyak kalo elu mau naklukin cewek. Elu hanya perlu menyentuh perasaannya dengan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan jadi diri lu sendiri, atau singkatnya elu itu harus jujur. Bener, cewek suka dengan cowok yang jujur dan apa adanya, enggak cuma bisa ngoceh sampah agar cewek kagum. Berikutnya, elu harus punya ...." Omongan Gorila terhenti saat mendengar bunyi bel yang ditekan berulang kali tanpa jeda.

Dia segera pergi menghampiri pintu depan apartement dengan raut wajah kesal, karena merasa terganggu atas keributan yang dibuat oleh orang iseng di luar 'kandangnya'.

Paras wajahnya yang semula kesal berubah drastis saat melihat wanita cantik yang berdiri di balik pintu sambil merengut.

"Echa ... kok merengut begitu, Sayang?" tanya Gorila dengan suara lembut.

Plak!!

Sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipi kiri Gorila.

Pria itu memandang cewek cantik di depannya dengan mata terbelalak heran sambil memegangi pipinya yang terasa panas.

"Sekarang kita putus!" kata Echa, dengan teriakan tertahan.

"Kok begitu? Aku salah ap ...."

"Jeanny ... dia kan gebetan baru elu!?"

Jantung Gorila seakan berhenti berdetak mendengarkan perkataan (mantan) pacarnya itu.

"Nnnggg... anu ... itu bukan ...," ucap Gorila terbata-bata, tak bisa memikirkan alasan yang tepat.

"Enggak usah bohong! gua tau siapa Jeanny elu itu! Dia itu pembantu gua yang nama aslinya Juminten!" kata Echa dengan nada sinis. "Selamat ya, elu dapet cewek baru yang umurnya hampir setengah abad."

Setelah berkata seperti itu, Echa pergi meninggalkan Gorila yang masih shock di depan pintu apartementnya.

BdL, 30-09-14

1 comment:

  1. mantaps!! pasti penikmat seni ya!!
    keren.... tulisannya...

    salam kenal kembali bro

    *kunjungan balik

    ReplyDelete

Harap Berikan Komennya Walau Hanya Satu Kata