Selingan untuk Anda

Monday 29 September 2014

Saduran dari kisah sufi

Judul : Dua Raja
Karya : Reza 'Gorila' Kurniawan

Alkisah...
Di sebuah kerajaan penyembah api. Seorang raja tengah terbaring hadapi peri, sakit tak terobati. Walau tabib telah datang silih berganti, dari tabib lokal hingga tabib Hindi. Hingga hari berganti-ganti, tak ada yang mampu menangani.

Rakyat bersedih raja terkasih belum sehat kembali.
Lalu...
Turun datanglah sayembara bagi siapa saja. Untuk bangsawan hingga rakyat jelata.
Syahdan...
Sang pengembara datang bawa kabar berita, berita bagus buat negeri bahagia.
"Mohon ampun ya baginda. Penyakit anda dapat ada obatnya. Tengah samudra sebelah tenggara. Ikan gembung, Abuh namanya. Tapi sayang seribu sayang ya baginda. Musim buruk bukan waktunya, mereka selam masuk kedalam."
Raja besar tak patah arang.
Panggil ajudan berikan titah.
Temukan Abuh di antara karang
Sang pendulang dapatkan hadiah.
Dan rakyat pun berlomba.
Demi tulus cinta.
Atau sekedar berburu harta.
Di langit.
Di atas Ars'y.
Dipanggul delapan malaikat.
Allah Ta'ala bersabda...
"Ya Jibril... Perintahkan Abuh agar naik ke muka. Agar raja dapat obatnya."
Walau bingung penuh tanya.
Sang malaikat penuhi perintah yang Maha.
Sampaikan fatwa yang telah diberikan.
Lalu Abuh naik kepermukaan.
Syahdan.
Abuh temu lalu diramu.
Telan obat hingga sehat.
Raja segar rakyat berbinar.
Dewa api dipuja-puji.
Sadarul kalam....
Jauh terukur ke ujung timur.
Pemimpin bijak terbaring sakit. Sultan abrar kondisi sulit.
Penduduk negeri bersedih hati. Lihat Sultan tak lagi imami.
Masjid berkumandang pujian dzikir lantunan doa. Mohon harap pada yang Kuasa. Ribu ratus cara uji dicoba. Hilangkan nestapa perenggut suka.
Kelam melanda, dirundung duka. Nestapa merata, diseluruh kota hingga pelosok desa.
Gulir guli bergulir-gulir.
Bulan bintang terus mengalir.
Siang hari panasnya terik.
Kumpul sahabat dalam masyhadat.
Celotah alim ulama terbaik.
Maksud hati hilangkan sulit.
Satu dua usul mereka, tentang obat penyembuh duka, obrol santai tunggu ashar bergema, demi maslahat negara tercinta. Fulan ini berkata, Fulan itu berbicara, hampir-hampir tak temu ujung muara, sampai datang si pandai Abuya.
Tenang khidmat khalayak mendengar.
Matan dari yang ditua.
Tentang jalan lepaskan bala.
Susah derita negara besar.
"Mohon ampun Sultan tercinta. Kami tahu obat yang mulia. Tengah selat barat daya. Ikan gembung, Abuh namanya. Ucap syukur pada yang Kuasa, nasib baik sedang musimnya. Musim panen ladang samudra, ikan Abuh tentu di muka."
Sebar kabar,
rakyat gembira.
Lomba-lomba laut dikejar.
Tengah laut lempar jala.
Atas langit.
Agungnya Ars'y.
Dipanggul bersama delapan malaikat.
Allah sang Khalik lalu bersabda...
"Hei Jibril... Perintahkan Abuh turun ke dasar. Agar Sultan tetap terkapar, dalam lantunan penuh sabar."
Bingung lagi kembali bigung.
Jibril pergi ihwal sang Kadim.
Beri Abuh sebuah larang.
Abuh turut masuk ke dalam.
Rakyat sedih,
jala terbuang
Sultan lagi,
tiada daya.
Juta tanya ribu heran, Jibril datang hadap Tuhan. Hatur datang penuh khidmat, pada kuasa sang Maha Selamat.
"Ya Allah yang maha Esa, izinkan hamba untuk bertanya. Ada apa perintah sang Kuasa, sembuhkan Murtada, sakitkan Imama-h."
"Ya Jibril... Aku bertindak adalah maksud, tidak bukan sebuah acah.
Raja murtad Aku sembuhkan, sebagai bayar sikap adilnya. Agar nanti saat pengadilan, cepat mudah jerumus neraka.
Adapula Sultan beriman, beri sakit sebagai tebusan. Dosa luruh dalam derita, supaya Jannah cepat dirasa."
=-=Tamat=-=

BdL, 02-03-14

NEXT STORY : Jombloisme
PREV STORY : Sudut Kelam

No comments:

Post a Comment

Harap Berikan Komennya Walau Hanya Satu Kata