Judul : Monolog Gorila | about love.
Karya : Reza 'Gorila' Kurniawan
Di salah satu kamar apartemen yang memiliki ruangan luas dengan sedikit perabotan, seorang pria mengenakan kemeja putih dibungkus jas hitam sedang duduk santai di atas sofa, menonton video yang dia setel.
Dia mengambil remot di atas meja, tepat di depannya, lalu menekan tombol off saat layar tv sudah menampilkan credit tittle dari film tersebut.
"Gua abis nonton film bagus tentang pria yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada seorang wanita, karyawan baru di kantor tempat dia bekerja. Cinta pada pandangan pertama ... indah untuk sesaat, kemudian bisa hancur sekejap mata." Pria itu kemudian duduk bersandar di bantalan sofa.
"Oh iya, kenalin nama gua Gorila. Lu bisa manggil gua Gori atau Mas Ganteng juga gak masalah," kata Gorila, menaikan sebelah alisnya.
"Balik lagi ke masalah cinta. Kataborang sih, cinta itu adalah perasaan untuk saling memiliki. Yakin?" Gorila melempar remot di tangannya ke atas meja sambil tersenyum sinis.
"Di sini gua enggak mau bilang kalau itu salah, gua cuma geli aja dengan pendapat itu. Soalnya banyak kok orang yang suka sama seseorang tapi enggak bisa dapetin lalu bilang, 'cinta bukan untuk memiliki.' Damn ... kalau begitu sih gua juga bisa bilang kalau cinta itu adalah perasaan putus asa." Gorila berdiri lalu berjalan menuju dapur.
Di sana dia mengambil ceret untuk memasak air lalu beranjak ke meja di dekat kulkas setelah mengambil sebuah cangkir kecil.
"Jadi apa itu cinta? Nnnggg ... Menurut gua cinta itu abstrak, ambigu, tidak berbentuk. Jadi konkreatnya apa? Lu pasti bertanya seperti itu kan? Hhaahh ... cinta itu bukan untuk dijabarkan dan tidak bisa dirumuskan. Karena kalau bisa dirumuskan, tentu cinta itu membosankan. Se-membosankan hitung-hitungan satu ditambah satu sama dengan dua ...."
'Ttuutt...' ceret berbunyi nyaring sambil mengeluarkan uap panas.
Gorila mengambil ceret itu lalu menyeduh kopi yang sudah ia siapkan di dalam cangkir sebelumnya.
"Sampai mana tadi? oh iya, sampai rumus membosankan." Selesai mengaduk kopinya, ia berjalan ke ruang tengah dan duduk kembali di atas sofa. "Tapi gua enggak mau ngelanjutin soal itu, karena enggak ada gunanya membicarakan sesuatu yang membosankan kan?" Tangan besarnya memainkan gelas ia pegang.
"Di sini gua mau bilang ; biarkan cintabitu seperti apa adanya. Sesuatu yang gaib dari Dia yang Ghaib. Sebuah rahmat dari sang Khalik yang telah disematkan di setiap hati manusia. Tidak usah didebat, tapi biarlah mengalir membentuk ngarai dimana para pecinta berkumpul dalam gelap dan hangatnya sebuah kebersamaan. Let it go, go with the flow."
Gorila tersenyum tipis lalu menyesap kopi di tangannya.
=-=End, but not The End=-=
BdL, 03-08-14
Next Story : Sudut Kelam
Prev Story : Pengorbanan Pria
Berkunjung di blog sobat, mantap, semoga keberlanjutan blog ini tetap terjaga.
ReplyDeleteSilahkan berkunjung di blogku http://www.kiyaiceret.blogspot.com
Alhamdulillah sudah saya kunjungi...
DeleteHanya saja tidak tahu mengenai buku tamu...
Tapi sudah saya tinggalkan komen kok...
itu yg terakhir terakhir tumben omongan lu bagus wkwk. pasti abis tapa dulu :3
ReplyDeletecw_cuantiks
Tapi di gunung merapi bareng mak lampir...
Delete#gorila_ganteng_sekali
Salam kenal ya....
ReplyDeleteMohon share ilmu menulisnya juga....
Makasih....
Iya mbak Irma...
DeleteDoakan saja saya bisa jadi maling ilmu yang hebat sehingga bisa membaginya... :-D
Rangkaian katanya bagus..mudah dicerna..suka sama kata-kata terakhirnya ^_^
ReplyDeleteTerima kasih atas komennya Mbak Sie-thi... :-)
DeleteIkuti terus ya update blog saya... (Hadeh... Kayak acara radio... -_-)
ga ada emoticon yak?
ReplyDelete