Selingan untuk Anda

Sunday 20 September 2015

Kekerasan Anak dan Pendidikan Televisi.


Terulang lagi. Kasus pem-bully-an oleh siswa sekolah, yang terkadang berujung maut.

Dan pasti, dari kasus itu akan muncul pertanyaan, "siapa yang salah?"


Tontonan televisi yang salah! Tontonan dengan adegan kekerasan. Mengajarkan untuk memukul, menendang, dan menghajar lawan, hingga tidak berdaya.

Itu yang membuat otak siswa menjadi dipenuhi pemikiran ekstrim. Tanpa kompromi, memukul seseorang yang tidak sepaham dengannya. Karena apa? Karena tontonan yang mengajarkan kekerasan tersebut.

Ok ... give me a break for a moment. Let me think something.

Aaahhh ...

Sumpah. Saya ngerasa konyol saat nulis paragraf pembuka di atas.

Why?

Apa kekerasan yang dilakukan siswa, murni karena pengaruh tayangan televisi?

Jawabannya jelas enggak lah.

Kalau memang tayangan gebuk-jotos di televisi itu modelnya seperti "Cemek Dong", tanpa menunjukan realitas yang terjadi jika kena hajar. Tentu boleh dilarang. Karena membuat mindset seorang anak menjadi berpikir, "Enggak apa-apa mukulin orang. Enggak bakal kenapa-kenapa kayak di acara Cemek Dong"

But ...

Entah siapa yang memprakarsai. Tayangan televisi yang ada pukul-tonjok di dalamnya, akan "disentil" oleh KPI. Seperti film animasi Dragon Ball yang kini tayang di Global TV.

Dengan alasan;

“Rasanya tidak etis apabila proses perusakannya atau tindakan kekerasaan lain ditayangkan. Ini akan menimbulkan efek bagi penonton dan membentuk anggapan mereka jika hal-hal demikian sebagai perilaku sehari-hari dan lumrah dilakukan,” kata Rahmat kepada perwakilan Global TV dari tiga program acara tersebut, Selasa. (Sujarwanto Rahmat Arifin. 15/9/2015).

Lucunya. Teguran itu baru dilayangkan, setelah hampir 20 tahun (terhitung Dragon Ball mulai tayang sejak 1996), Dragon ball mengisi layar kaca Indonesia.

Funny, hah!?

Ada apa ini?

Enggak akan gua jawab, karena bukan itu fokus masalahnya. :v

Generasi tahun 90-an yang bisa dan biasa menikmati tayangan tanpa sensor kekerasan, dari anime Dragon Ball. Apa ada yang sampai melakukan bullying, hingga memakan korban jiwa?

Saya termasuk generasi tahun 90-an. Berpendapat. Karena tayangan yang katanya penuh kekerasan itu, justru mengajarkan saya bagaimana berjuang untuk melindungi sesuatu yang kita sayang. Apapun bayarannya.

Ya ... Seharusnya bukan hanya satu sisi (kekerasan) yang dikaji, tetapi juga nilai yang terkandung di dalamnya. Baru boleh ambil keputusan.

Apa Indonesia merdeka dengan cara merangkul, mengecup, dan menggandeng mesra penjajah?

Ya enggak lah, Ndro!!!

Bangsa Indonesia dengan segenap tumpah darahnya lah yang berhasil mengusir para penjajah. Melakukan perlawanan dengan KEKERASAN, hingga membuat para menir itu hengkang dari Nusantara.

Kalau hal konyol macam sensor kekerasan ini terus berlanjut. Saya khawatir nanti di buku pelajaran sejarah, bagian yang menceritakan tentang hebatnya para pejuang mengusir penjajah, juga akan kena sensor. Karena menampilkan kekerasan. :v

Check mat!!

Apa kekerasan itu buruk? Jawabannya, ya tergantung pada penempatannya.

Lalu bagaimana mengajarkan anak-anak/siswa untuk menempatkan "kekerasan" di tempat yang tepat?

Pendidikan keluarga yang pertama dan utama. Saya enggak mau menjabarkan hal ini. Karena selain akan menjadi lebih panjang dari target. Saya juga jadi kepikiran soal "Kapan Kawin!!!" -_-

Skip.

Tahu tempat lain yang (harusnya) mengajarkan penempatan yang baik dari kekerasan?

Yap... tepat. Itu adalah sekolah.

Guess What ....

Sekolah dengan kurikulum yang diberikan pemerintah, telah sempurna gagal total untuk melakukan hal tersebut. Sistem pendidikan yang digadang-gadangkan, sama sekali tidak bisa menempatkan atau menyalurkan "kekerasan" yang ada di dalam diri siswa.

Sistem itu justru menuntut, memaksa, memecut, dan mengekang si anak. Menjadikan energi positif mereka bercampur dengan kekerasan. Kemudian pecah saat siswa tersebut telah jengah menahannya.

Apa akibatnya?

Yap ... Kasus kekerasan atau bullying. Bahkan mungkin juga berujung pada kriminalitas

Pemerintah seharusnya bisa lebih menelaah lagi. Apa ujung pangkal sebuah masalah. Jangan karena problem kekerasan yang terjadi pada anak-anak jaman sekarang, dengan "se'enake udele dewe", melemparkan kesalahan kepada yang lain.

Ngaca dulu dong!!!

Benahi sistem pendidikan sekarang (mungkin nanti akan saya bahas di posting berikutnya). Rubah menjadi sistem yang bisa membuat potensi dalam diri anak tersalurkan. Hingga " kekerasan" juga ikut larut bersamanya. Berganti sebuah prestasi yang mengharumkan nama bangsa.

Jangan cuma bisa nuntut tanpa benar-benar tahu (atau mungkin menutup mata), di mana kesalahan itu sebenarnya berada!

Akhir kata... Don't be so serious... Take what you can get, and be wise. :v


1 comment:

  1. bgus skali artikelnya gan ,,, smoga tmbah sukses yah
    maaf bru bsa kunbal,,,

    jgan lupa absennya yah ke blog ane
    sateperjaka.blogspot.com

    ReplyDelete

Harap Berikan Komennya Walau Hanya Satu Kata